Saham Bumi Resources (BUMI) memilik kans besar untuk masuk MSCI Global Standard Index edisi reviu Februari 2026. Apa saja katalisnya?
PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dinilai berpotensi naik kelas dan menyusul anak usahanya, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), untuk masuk dalam jajaran konstituen Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia Global Standard Index alias kategori big cap.
BRMS sebelumnya telah resmi masuk daftar indeks global tersebut usai hasil tinjauan berkala periode November 2025 diumumkan oleh MSCI pada Rabu (5/11/2025). Pada saat yang sama, BUMI masih bertahan sebagai konstituen MSCI Indonesia Small Cap Index, di samping telah menjadi anggota Investible Market Indexes (IMI) MSCI.
Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan, analis dari Indo Premier Sekuritas, menilai bahwa BUMI menjadi salah satu emiten dengan peluang terbesar untuk masuk ke MSCI Indonesia Global Standard Index, khususnya untuk periode reviu Februari 2026.
Sebagai informasi, kocok ulang atau rebalancing konstituen MSCI dilakukan sebanyak empat kali dalam setahun, yaitu pada Februari, Mei, Agustus, dan November. Hal itu dilakukan untuk mengevaluasi kelayakan suatu saham masuk atau keluar MSCI.
“Kami memperkirakan BUMI memiliki salah satu kemungkinan tertinggi untuk dimasukkan ke dalam indeks MSCI Standard Cap selama peninjauan indeks Februari 2026,” jelas Ryan dan Reggie, dalam laporan Indo Premier Sekuritas, Kamis (11/12/2025).
Menurut mereka, emiten yang terafiliasi Grup Bakrie dan Grup Salim tersebut telah melampaui ambang batas minimum untuk harga saham yakni sebesar Rp315.
Di samping itu, para analis menilai lonjakan mahar saham BUMI dalam sebulan terakhir juga masih sesuai dengan ketentuan MSCI terkait ambang batas kenaikan harga saham ekstrem.
“Kecuali jika harga saham BUMI melampaui Rp700 per saham pada akhir Januari 2026 (periode peninjauan),” jelas mereka.
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham emiten tambang tersebut ditutup menguat 0,79% ke level Rp364 pada sesi I perdagangan hari ini, Jumat (12/12/2025). Level harga itu mencerminkan pertumbuhan sekitar 60,18% dalam sebulan terakhir dan sekitar 210% untuk periode tahun berjalan atau year-to-date.
Adapun, pada perdagangan kemarin, Kamis (11/12/2025), saham BUMI berada pada posisi pertama dalam jajaran saham penguat atau top leaders laju indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan kontribusi sebesar 8,49 poin. Harga saham BUMI kemarin menguat 10,43%.
Untuk periode tahun berjalan, saham BUMI juga mengisi daftar top leader dengan sumbangsih bagi indeks komposit hingga kemarin sebesar 60,59 poin.
Katalis Positif Saham BUMI
Ekspansi Bumi Resources dengan mengakuisisi tambang diyakini menjadi katalis positif bagi emiten kongsi Grup Bakrie dan Grup Salim tersebut. Akuisisi itu diyakini menjadi modal tambahan bagi saham BUMI untuk meningkatkan stabilitas pendapatan jangka panjang dan diversifikasi portofolio di luar batu bara.
Seperti diketahui, BUMI telah resmi merampungkan akuisisi 100% saham perusahaan tambang emas asal Australia, Wolfram Limited (WFL), dengan total nilai transaksi mencapai Rp698,98 miliar atau setara dengan 63,5 juta dolar Australia.
Juan Harahap dan Fadhlan Banny, analis Samuel Sekuritas Indonesia, menilai bahwa akuisisi tambang emas yang meningkatkan nilai perusahaan itu menjadi katalis positif bagi BUMI. Mereka memerinci, Wolfram memiliki dua aset pertambangan utama. Pertama adalah Crush Creek, dengan cadangan 191 ribu oz dan sumber daya 470 ribu oz (2,3 g/t).
Kedua, Mount Carlton, dengan cadangan 129 ribu oz dan sumber daya 197 ribu oz (1,4 g/t).
“Kami memandang akuisisi ini sebagai peningkatan nilai, yang meningkatkan stabilitas pendapatan jangka panjang BUMI dan diversifikasi portofolio di luar batubara,” jelas Juan dan Fadhlan dalam risetnya, pada Kamis (13/11/2025).
Menurut mereka, efek dari mesin pertumbuhan baru itu akan tampak mulai 2026. Apalagi, ke depan BUMI berencana untuk mengalokasikan belanja modal sebesar US$5,8 juta untuk meningkatkan aset emas Wolfram dengan produksi komersial yang diharapkan akan dimulai pada Juni 2026 menggunakan pabrik flotasi.
“Selain itu, perusahaan bermaksud untuk lebih meningkatkan produksi emas pada tahun 2029F melalui pengembangan fasilitas Carbon-in-Leach (CIL), yang membutuhkan belanja modal sebesar US$ 45,5 juta.”
Dengan asumsi Wolfram mencapai volume penjualan sebesar 40.000 oz pada tahap flotasi pada tahun 2027, Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan segmen emas dapat berkontribusi tambahan pendapatan sebesar US$221 juta. Proyeksi itu menunjukkan peningkatan 13,6% dari estimasi Samuel Sekuritas atau pendapatan BUMI sebelumnya.
Kinerja Bumi Resources (BUMI) per Kuartal III/2025
Hingga akhir kuartal III/2025, BUMI membukukan pendapatan US$1.037,3 juta. Realisasi itu tumbuh 11,9% dibandingkan dengan US$926,9 juta periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY).
Pada saat yang sama, beban pokok pendapatan perseroan tercatat juga mengalami kenaikan 5,1% YoY menjadi US$876,0 juta. Sementara itu, beban usaha BUMI tercatat mengalami kenaikan 12,8% YoY menjadi US$76,9 juta per akhir kuartal III/2025.
Dengan begitu, laba usaha yang dibukukan oleh Bumi Resources tercatat mengalami kenaikan 231,9% YoY menjadi US$84,4 juta per akhir September 2025.
Area tambang PT Bumi Resources Tbk. (BUMI)/Dok
Setelah dikurangi sejumlah beban seperti pajak penghasilan, Bumi Resources membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$29,4 juta pada kuartal III/2025. Realisasi itu turun 76,1% YoY.
“Meskipun menghadapi kondisi pasar yang menantang dan harga batu bara yang menurun, Bumi Resources berhasil mencatatkan profitabilitas operasional yang positif dengan margin yang membaik berkat efisiensi dan pengelolaan biaya yang disiplin,” tulis Manajemen Bumi Resources dalam siaran pers kinerja keuangan per September 2025.
Dari sisi operasional pada akhir kuartal III/2025, Bumi Resources melaporkan produksi batu bara 54,9 juta ton. Realisasi itu turun 4% YoY.
Pada periode yang sama, total penjualan batu bara mencapai 54,5 juta. Pencapaian tersebut juga turun 2%.
Adapun, Bumi Resources melaporkan harga rata-rata FOB berada di US$60,4 per ton pada sembilan bulan 2025. Posisi itu lebih rendah dari US$73,7 per ton periode yang sama tahun lalu.
Manajemen Bumi menyatakan kinerja produksi dan penjualan perseroan tetap stabil di tengah kondisi pasar yang menantang. Hal itu diklaim mencerminkan efektivitas pengelolaan operasional dan pengendalian biaya yang konsisten.
“Bumi Resources tetap berkomitmen untuk menjaga efisiensi operasional, memperkuat ketahanan rantai pasok, dan mendukung strategi diversifikasi ke sektor mineral penting guna memperkuat portofolio usaha jangka panjang.”

Tinggalkan komentar