Ramalan Nasib Pasar Saham Indonesia Usai The Fed Pangkas Suku Bunga Acuan Desember 2025

cut rate

The Fed pangkas suku bunga Desember 2025, dorong IHSG naik, investor asing tertarik. Sektor perbankan, properti, dan teknologi jadi perhatian.


Prospek pergerakan pasar saham Indonesia menjadi sorotan setelah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), kembali memangkas suku bunga acuannya untuk ketiga kalinya secara beruntun pada 2025.

Dalam konferensi pers pada Rabu (10/12/2025) waktu setempat atau Kamis (11/12/2025) dini hari WIB, Ketua The Fed Jerome Powell mengumumkan pemotongan suku bunga sebesar 0,25 poin persentase menjadi rentang 3,50%–3,75%. Tingkat ini merupakan yang terendah sejak Oktober 2022.

Menurut laporan Bloomberg pada Kamis (11/12/2025), The Fed memperkirakan hanya akan ada satu kali pemangkasan suku bunga pada 2026 dan satu lagi pada 2027 berdasarkan proyeksi ekonomi terbaru. Namun, proyeksi kebijakan suku bunga masih terpecah: tujuh pejabat memilih mempertahankan bunga sepanjang 2026, sementara delapan lainnya mendukung minimal dua kali pemangkasan.

Selain itu, pejabat The Fed menaikkan estimasi pertumbuhan ekonomi 2026 menjadi 2,3% dari sebelumnya 1,8%, serta memproyeksikan inflasi turun ke 2,4% pada tahun depan dari proyeksi awal 2,6%.

Keputusan terbaru The Fed ini diperkirakan akan memberi pengaruh signifikan terhadap IHSG dan iklim pasar saham Indonesia.

Head of Research Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menilai bahwa pemotongan suku bunga AS berpotensi menjadi katalis positif bagi IHSG karena memicu sentimen risk-on dan meningkatkan aliran dana asing ke pasar negara berkembang.

“Turunnya yield US Treasury membuat indeks dolar DXY melemah, sehingga minat investor asing terhadap Asia meningkat,” jelasnya pada Senin (8/12/2025).

Menurut Wafi, IHSG berpeluang menguat ke level 8.750–8.900 bila pernyataan Powell bernada dovish dan memberi sinyal pelonggaran lanjutan.

Ia menambahkan, sebagian pelaku pasar sebenarnya sudah mengantisipasi keputusan The Fed sehingga IHSG sempat mencapai rekor tertinggi (ATH). Namun, pemangkasan bunga yang benar-benar terjadi biasanya tetap mendorong reli lanjutan karena likuiditas global meningkat dan biaya modal menurun.

Wafi menilai beberapa sektor saham berpotensi diuntungkan, seperti:

  • Perbankan besar: BBCA, BMRI, BBNI—karena biaya dana (cost of fund) turun dan permintaan kredit meningkat.
  • Properti: BSDE, CTRA—sektor yang sangat sensitif terhadap suku bunga.
  • Teknologi/growth: GOTO, BUKA, MTEL, TOWR—valuasi yang lebih menarik ketika bunga turun.
  • Consumer: MYOR, ICBP—terbantu oleh pelemahan dolar AS dan peningkatan konsumsi.

Indonesia Jadi Incaran Investor Global

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengatakan bahwa dengan peluang pemangkasan suku bunga The Fed di atas 90%, sangat besar kemungkinan kebijakan pelonggaran ini benar-benar terjadi.

“Data ekonomi AS pun mendukung pemangkasan tersebut. Karena itu, kami melihat potensi masuknya capital inflow cukup besar,” ujarnya pada Senin (8/12/2025).

Menurut Nico, ketika The Fed menurunkan suku bunga, nilai investasi pada aset berisiko—termasuk saham—biasanya meningkat. Sebagai negara emerging market, Indonesia pun menjadi tujuan menarik bagi investor global karena menawarkan potensi imbal hasil yang lebih tinggi dengan risiko yang relatif terukur.

Ia menilai pasar sudah memperhitungkan kemungkinan pemotongan suku bunga ini. Dampaknya tidak hanya pada kebijakan The Fed, tetapi juga membuka peluang Bank Indonesia untuk ikut menurunkan suku bunga. Kondisi ini dianggap sebagai angin segar bagi IHSG maupun pasar obligasi.

Namun, Nico mengingatkan bahwa perubahan sikap Powell bisa terjadi sewaktu-waktu. Karena itu, data ekonomi AS yang akan dirilis pekan ini, terutama inflasi dan ketenagakerjaan, perlu dicermati.

Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksikan beberapa sektor yang menarik untuk diperhatikan di tengah tren pemangkasan suku bunga, seperti:

  • Properti
  • Consumer non-cyclical
  • Otomotif
  • Perbankan
  • Komoditas

Menurut Nico, penurunan suku bunga seharusnya memberi dorongan positif bagi hampir semua sektor karena berdampak baik bagi kinerja IHSG dan pasar obligasi.

Tinggalkan komentar