Saham Sinergi Inti (INET) Diramal ke Sini

Inet

Saham INET melonjak 961,64% YtD, didorong kinerja kuat dan ekspansi. Analis rekomendasikan beli dengan target Rp1.350. Risiko: penundaan ekspansi.

Saham PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk. (INET) telah melampaui target para analis. Lantas ke mana arah saham INET ke depan?

Dengan harga Rp775 per lembar pada penutupan pasar Selasa (9/12/2025), saham INET telah multibagger dibandingkan awal tahun. Mengutip Bloomberg, 11 analis yang mengulas saham INET kompak memberikan rekomendasi beli.

Target harga menurut para analis berada pada Rp559 untuk 12 bulan ke depan. Target harga itu telah jauh tertinggal dari harga terkini di mana saham INET telah naik 961,64% sejak awal tahun (year to date/YtD).

Gerak saham INET itu disinyalir ikut dipengaruhi oleh kinerja perseroan yang tumbuh signifikan pada 2025. Pada saat bersamaan, perseroan punya segudang rencana ekspansi termasuk aksi korporasi berupa akuisisi PT Personel Alih Daya Tbk. (PADA).

Untuk mendukung ekspansi itu, INET berencana untuk menggelar right issue dan penerbitan obligasi masing-masing senilai Rp3,2 triliun dan obligasi sebesar Rp1 triliun.

Baca Juga :Sinergi Inti: Rights Issue INET Rp3,2 Triliun Masih Tunggu Restu OJK

Untuk menyegarkan ingatan, mengutip laporan keuangan, INET meraup pendapatan sebesar Rp68,60 miliar, melonjak sekitar 195% dari pendapatan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp23,28 miliar. Pertumbuhan ini turut mengerek laba kotor perusahaan menjadi Rp32,42 miliar, atau naik lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.

Secara kontribusi pendapatan dari penyedia layanan internet tumbuh signifikan menjadi Rp67,15 miliar dari sebelumnya hanya Rp23,28 miliar dan periode ini INET membukukan pendapatan dari jasa konstruksi Rp1,44 miliar dimana sebelumnya pos ini tidak ada.

Kinerja operasional juga menunjukkan lonjakan positif. Laba usaha meningkat dari Rp2,49 miliar menjadi Rp25,27 miliar, atau tumbuh lebih dari 900%. Sementara itu, laba bersih mencatatkan kenaikan 819%, dari Rp2,10 miliar menjadi Rp19,37 miliar.

Ebitda perusahaan turut mengalami pertumbuhan signifikan, mencapai Rp35,35 miliar, naik dari Rp4,68 miliar pada periode sebelumnya. Peningkatan Ebitda ini menandakan arus kas operasional yang semakin kuat dan efisien.

Dari sisi posisi keuangan, total aset perusahaan naik hampir dua kali lipat menjadi Rp454,59 miliar, dari sebelumnya Rp229,85 miliar pada akhir 2024. Liabilitas perusahaan juga meningkat menjadi Rp93,07 miliar, naik dari Rp13,98 miliar, seiring ekspansi yang dilakukan perusahaan.

Baca Juga :Saham Lapis Dua INET, CBRE Cs Topang IHSG 2025, Simak Prospeknya Tahun Depan

Kendati utang meningkat signifikan, tingkat leverage perusahaan masih berada pada level yang sangat rendah, dengan Debt to Equity Ratio (DER) 0,26 kali, naik dari 0,06 kali pada akhir 2024. Hal ini menunjukkan struktur modal perusahaan tetap sehat dan konservatif.

Manajemen menyampaikan dengan capaian pertumbuhan pendapatan dan laba yang signifikan, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk menunjukkan momentum pertumbuhan positif yang berpotensi berlanjut hingga akhir tahun.

“Peningkatan aset dan profitabilitas menjadi indikator kuat bahwa perusahaan sedang berada dalam fase ekspansi dan penguatan operasional,” paparnya dalam keterangan resmi, Jumat (28/11/2025).

Mengutip hasil public expose, manajemen INET mengatakan pada periode 1-2 tahun ke depan atau 2026 dan 2027, revenue generator INET berasal dari PT Pusat Fiber Indonesia (PFI) yang bergerak pada pengembangan dan pembangunan fiber optik.

“Karena submarine cable yang akan selesai pada kuartal I/2026 sudah banyak customer yang melakukan pre-booking,” jelas manajemen INET.

Pertimbangan Saham INET

Analis Samuel Sekuritas Jonathan Guyadi dan Jason Sebastian lewat riset terbarunya mengatakan laba INET kuartal III/2025 mencapai 86% dari estimasi dan 84,7% dari estimasi konsensus sehingga dinilai perlu dinilai ulang.

Langkah INET untuk menggelar right issue dan obligasi dengan nilai total Rp4,2 triliun sangat penting bagi perseroan. Pasalnya, pertumbuhan INET sebagian didorong oleh ekspansi strategis berbagai segmen seperti kabel bawah laut, kontrak fiber to the home (FTTH) dan layanan internet berbasis node yang membantu meningkatkan margin Ebitda menjadi 52% pada 2026 dan 55,9% pada 2027.

Kedua analis Samuel Sekuritas itu melanjutkan ekspansi INET akan mendukung lonjakan laba menjadi Rp257 miliar pada 2026 dan Rp736 miliar pada 2027.

“Selain itu, kami menyambut baik akuisisi PADA dan PT Trans Hybrid Communication [THC] karena rencana tersebut akan meningkatkan kontrak FTTH INET, dan meningkatkan kinerja bisnis secara keseluruhan,” tulis keduanya.

Baca Juga :Kisi-kisi Anyar Target Harga Saham Sinergi Inti Andalan Prima (INET)

Samuel Sekuritas lantas memberikan rekomendasi spekulatif beli untuk saham INET dengan target harga lebih tinggi menjadi Rp1.350 seiring peningkatan laba perseroan. Target harga saham INET itu mempertimbangkan kelipatan EV/Ebitda 2027 sebesar 25 kali karena peningkatan laba.

“Kami optimistis dengan INET sebagai salah satu operator ISP dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia, terutama karena meningkatnya permintaan internet berkecepatan tinggi di segmen perkantoran, hiburan dan rumah tangga.”

Risiko yang ikut membayangi rekomendasi saham INET itu ialah penundaan ekspansi, pertumbuhan pelanggan yang lemah dan potensi pelemahan daya beli.

Tinggalkan komentar